Manajemen Kegagalan Menuju Keberhasilan
Banyak
mahasiswa mengalami kegagalan dalam mencapai apa yang mereka inginkan, gagal
dalam meraih cita-citanya. Mereka tidak yakin dengan dirinya sendiri, tidak
yakin bahwa dirinya mampu mendapatkan, dan tidak ulet mencoba mendapatkan
sesuatu ia inginkan. Mereka yang selalu gagal dalam meraih keinginannya,
biasanya juga mempunyai ”kebiasaan gagal”, yaitu mental gampang menyerah, mudah
putus asa, senang mencari alasan-alasan yang mendukung kegagalannya, selalu
menyalahkan kondisi dan situasi yang tidak cocok; pada dasarnya mereka ini
senang mencari ”kambing hitam” untuk mendapatkan pengakuan. Tipe gagal
seperti ini selalu memiliki kebiasaan menyalahkan sesuatu hal di luar dirinya,
dan malu mengakui bahwa kegagalan terletak pada dirinya.
Kegagalan akan
selalu hadir hanya kepada orang-orang dengan pikiran yang inferior.
Pertanyaannya, kenapa mahasiswa mengalami kegagalan? Kemungkinan faktor-faktor
yang menyebabkan kegagalan mahasiswa adalah sebagai berikut.1.
Kurangnya Percaya Diri. Seringkali
mahasiswa tidak menyadari, bahwa sesunggunya kurangnya percaya diri itu bisa
mematikan motivasi, menghilangkan potensi besar dan ide-ide besar. Kurangnya
percaya diri berarti sama dengan berfikir negatif pada diri sendiri, dan
berfikir negatif pada diri sendiri berarti tidak yakin atas kemampuan yang
dimilikinya. Jika ini yang terjadi, maka apapun yang nampak dalam dirinya bukan
menjadi potensi yang bisa dikembangkan untuk menjadi mahasiswa yang berhasil,
tetapi justru menjadi batu penghalang besar
yang sulit untuk terpecahkan.
Kesalahan,
kekurangan, kelemahan, dan kegagalan yang nampak di depan matanya, karena ia
tidak pernah memiliki kepercayaan diri. Sehingga apapun persiapan yang
dilakukan, berapapun energi yang dikeluarkan dan setinggi apapun kecerdasan
yang dimiliki maka sulit rasanya untuk menggapai keberhasilan yang
gemilang. Padahal, petinju legendaris
Muhammad Ali pernah mengatakan, ”tiadanya keyakinanlah yang membuat orang
takut menghadapi tantangan, dan saya percaya pada diri sendiri.” 2.
Opini Negatif. Dalam
pergumulan kehidupan mahasiswa satu keniscayaan munculnya berbagai opini, salah
satunya adalah opini negatif. Opini negatif merupakan salah satu faktor yang
menghambat keberhasilan mahasiswa. Opini negatif itu begitu liar mempengaruhi
pikiran mahasiswa, sehingga kadang mahasiswa terkonstruk untuk tidak melakukan hal-hal yang positif, tetapi justru
terbawa arus untuk tetap diam (pasif) tidak berbuat sesuatu, bahkan semangat
melemah dan tidak berdaya.
Bisikan opini
negatif selalu terdengar di telinganya, ”buat apa belajar keras, nanti to tidak
jadi orang pintar!”; ”buat apa sekolah tinggi-tinggi, nanti to jadi
pengangguran juga!”, ”buat apa ikut organisasi kemahasiswaan, nanti to jadi
sarjana juga!”. Kadang pula, gambaran kegagalan dan kekecewaan begitu membayang
kuat. Gambaran opini negatif seperti ini telah membuat langkah kreativitas dan
produktivitas mahasiswa menjadi terhambat. Imam Syafi’i pernah berkata, ”Ilmu
tidak akan bisa dicapai dengan mengharapkan dunia (pekerjaan), ilmu hanya bisa
dicapai dengan tujuan Allah.”3.
Perasaan Tidak Ada Masa Depan. Jika
mahasiswa sudah beranggapan masa depannya suram, berarti ia telah kehilangan
daya juangnya. Jika ia telah kehilangan
daya juangnya, maka ia seperti pejuang perang yang tidak memiliki tujuan,
bahkan ia kalah sebelum bertempur. Mahasiswa seperti ini sulit untuk bangkit,
berat berjuang untuk memenangkan pertempuran, apalagi menjadi manusia berhasil,
tentu jauh dari kenyataan. Manusia seperti ini biasanya selalu pesimis, gelap, sangat
hambar, tidak ada harapan, selalu gagal, pasrah, dunia serasa sempit, dadanya
kian sesak, tidak ada surga di impiannya, tidak ada cita-cita, tidak ada impian
tertinggi untuk bertemu Allah dengan pertemuan terindah. Faktor inilah yang
membuat mahasiswa gagal untuk meraih cita-cita dan tujuan yang mulia.
4.
Merasa Diri Tidak Penting.
Sesungguhnya di dunia ini tak seorangpun yang tidak memiliki peran dalam
hidupnya, termasuk mahasiswa, karena manusia itu merupakan makhluk yang multi status dan multi peran. Hanya mahasiswa yang gagal saja yang merasa dirinya
tidak penting. Perasaan itu muncul ketika mahasiswa tidak memiliki arti dalam
hidupnya dan tidak memberikan manfaat pada lingkungannya. Semangat juang
dalam menapaki kehidupan ini kian menurun, ia merasa sendiri dan terpinggirkan.
Faktor ini menjadi virus penghambat untuk meraih keberhasilan, karena dalam
bayangan dan fikirannya hanya ada kekurangan dan kelemahan tentang dirinya.
5.
Tidak Tahu Apa Yang Terjadi.
Kesadaran untuk tahu akan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah
satu ciri dari cendekiawan. Jika ada yang mengaku dirinya sebagai mahasiswa
namun tidak memiliki kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka itu berarti ia termasuk golongan
yang tidak tahu apa yang terjadi. Tidak tahu apa yang terjadi itu mengakibatkan
ia bingung ketika orang lain berdiskusi, tidak tahu arah pembicaraan ketika
pembahasan ide-ide besar.
Semangat tidak
akan tumbuh jika ia tidak tahu manfaatnya. Hidup terasa sia-sia karena tidak
tahu akan arti kehidupan, ia berjalan tapi tidak terarah dan target yang
dicapai kabur. Mahasiswa semacam ini seperti seorang musafir yang sedang
melakukan perjalanan jauh dan sangat melelahkan, tetapi tidak pernah kelihatan perbatasan
perjalanannya, sehingga ia tidak pernah merasakan keberhasilan perjalanan yang
dilaluinya.
DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, Muhammad. 2009. It’s Me! Inilah Caraku Menjadi Luar Bisa sebagai Diriku
Sendiri (10 Tahapan Menjadi Diri Sendiri). Gara Ilmu: Yogyakarta.
Fadjar, Malik, dan Effendy, Muhadjir. 2000. Dunia Perguruan Tinggi dan
Kemahasiswaan. UMM Press: Malang.
H. Hart, Michael. 2009. 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang
Sejarah. Hikmah: Jakarta.
Hudha, Atok Miftachul, 2012. Menjadi
Pribadi Inovatif, Kreatif, dan Mandiri Yang Berspiritualtas. Aditya Media
Publishing: Yogyakarta.
Shohib, Muhammad, dkk. 2012. Pembentukan
Kepribadian dan Kepemimpinan. UMM Press: Malang.
Taylor, Ros. 2009. Confidence in Just 7 Days Cara Efektif dan Efisien
Mengubah Diri dan Rasa Minder Menjadi Percaya Diri, dari Rasa Terasing Menjadi
Dibutuhkan, dan dari Rasa Meaningless Menjadi Powerfull. Think: Yogyakarta.
Wuryanano. 2004. Super Mind for Successfull Life Cara Merancang
Kehidupan yang Penuh Kebahagiaan dan Kesuksesan. Media
Komputindo: Jakarta.

