Ada beberapa alasan mengapa manusia memilih agama
Islam sebagai agama yang diikutinya, antara lain: Setiap manusia dilahirkan telah
dianugerahi oleh Allah yang bernama fitrah
(kesucian), maksudnya setiap manusia memiliki sifat-sifat yang baik,
sifat-sifat ketuhanan dan beragama. Sebagaimana sabda Nabi :
مَا
مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ
وَيُمَجِّسَانِهِ
Artinya: “Tidak ada seorang anak pun
yang dilahirkan, kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. (H.R. Muslim
‘an Abi Hurairah). Juga
firman Allah S.Ar-Rum ayat 30,
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (1426 H:
499).
Kata fitrah dalam
Qur’an dan hadits tersebut menunjukkan pengertian bertuhan atau beragama Islam.
Hal ini dipertegas dengan ujung hadits yang mengatakan “kedua orang tualah yang
menjadikan anaknya beragama Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. Dengan demikian,
setiap manusia dilahirkan telah beragama Islam. Hal ini sesuai dengan hasil
dialog antara Allah dengan semua roh manusia, mulai roh manusia pertama yang
dilahirkan hingga roh manusia terakhir dilahirkan sebelum diciptakan jasadnya.
Dimana, Allah meminta kesaksian kepada roh-roh manusia ketika di alam arwah
dahulu. Dan semua roh manusia sudah sama-sama memberikan kesaksiannya, bahwa
Allah adalah Tuhannya. Kesaksian dan pengakuan roh-roh semacam ini dapat dibaca
di dalam al-Qur’an S. Al A’raf ayat 172
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ
بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ
أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Artinya:
“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", Al-Qur’an dan Terjemahnya, (1426
H: 250).
Ada dua alasan mengapa Allah meminta kesaksian (lihat S.Al A’raf ayat 172) lebih dahulu terhadap roh-roh atas
dirinya sebelum manusia diciptakan, yaitu:
(1) Agar manusia tidak beralasan
lupa, karena roh yang suci itu tidak dapat lupa. (2) Agar manusia jangan
melemparkan kesalahan kepada nenek moyangnya yang telah mempersekutukan Allah
dengan Tuhan lain.
a. Firman Allah S.Ali Imran ayat 19 dan 85,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ
بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Artinya :“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada)
di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya”. (Surat Ali Imran : 19)
Menurut Ibn Katsir
dalam memberikan penafsiran ayat ini mengandung pesan dari Allah bahwa tiada
agama seseorang yang diterima disisi-Nya
kecuali Islam, dengan mengikuti ajaran yang disampaikan oleh N.Muhammad SAW.
sebagai nabi terakhir. Oleh karena itu, telah tertutup semua jalan menuju Allah
kecuali jalan dari arah beliau, sehingga siapapun menemui (menyembah) Allah
setelah diutusnya Muhammad SAW. dengan
menganut satu agama selain syaria’at yang beliau sampaikan, maka tidak
diterima-Nya. Selanjutnya, bagaimana
kalau ada umatnya yang mengikuti ajaran selain Islam, sehingga terjadi
perselesihan dalam menjalan ajaran agamanya? Mereka berselisih karena kedengkiannya
(kata baghyan) baik ucapan maupun perbuatan yang dilakukannya untuk
tujuan mencabut nikmat yang dianugerahkan Allah kepada pihak lain, disebabkan
rasa iri hati terhadap pemilik nikmat itu, Shihab, M.Quraish,Volume 2
(2006: 41-42).
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
Artinya : “Barangsiapa mencari agama selain agama
Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia
di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi”. (Surat Ali Imran : 85)
Ayat ini menjelaskan
sangsi bagi seseorang yang mengikuti agama selain Islam dan berakibat pada
kepatuhannya menyembah selain Allah, maka sangsinya ketika di dunia berupa (falan
yuqbala, artinya sekali-kali tidah akan diterima) semua amal perbuatannya sewaktu di dunia akan
sia-sia atau terhapus, seperti: ketaatan dan keimanannya pada Tuhannya, juga
mempercayai, mengikuti, mendukung, tunduk dan patuh pada ketentuan yang
ditetapkan dalam kitabnya. Sedangkan sanksi ukhrowi (akhirati minal
khaasirin, artinya dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi)
memperoleh kerugian yang amat besar, karena sewaktu dunia patuh selain Allah
hingga kematiannya, maka semua amal perbuatannya tidak diterima oleh Allah
walaupun amalan itu baik dan bermanfaat bagi manusia. Hal ini diperkuat dengan
sabda Nabi: ”Siapa yang mengamalkan satu amalan yang tidak berdasarkan
ketetapan Allah yang ditetapkan-Nya, maka amalan itu tertolak”, Shihab,
M.Quraish,Volume 2 (2006: 142-143). Oleh karena itu, boleh jadi di dunia
(dengan ukuran dunia) dia tidak rugi karena mendapat nama baik atau kedudukan
yang tinggi, namun di akhirat pasti rugi dan celaka. Sedangkan ayat lain yang
mengungkap tentang kebenaran agama Islam sebagai satu-satunya agama yang
diterima oleh Allah terdapat dalam: S.Al Maidah ayat 3, Al An’am ayat 125, Az
Zumar ayat 22 dan S.Ash Shaff ayat 7.
b. Pengakuan Fir’aun yang mengaku dirinya
sebagai Tuhan ketika akan mati dengan tenggelam di laut merah sewaktu mengejar
N.Musa beserta kaumnya, pengakuan ini telah diabadikan dalam firman-Nya S.Yunus
ayat 90-92 sebagai berikut :
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي
إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا
حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آَمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا
الَّذِي آَمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ * آَلْآَنَ
وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ * فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ
بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آَيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ
آَيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
Artinya: “Dan Kami
memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan
bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila
Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya
Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) (90). Apakah
sekarang (baru kamu percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak
dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan (91). Maka
pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami” (92).
Ayat ini
menjelaskan tentang siksaan bagi penguasa yang dhalim dan mengaku dirinya
sebagai tuhan yang dimohonkan oleh N.Musa beserta kaumnya, padahal dakwah
(ajakan) telah disampaikan kepadanya. Saat itu N.Musa beserta kaumnya telah
diusir dan disiksa oleh Fir’aun beserta bala tentaranya hingga meninggalkan
daerahnya dan melintasi laut merah, selanjutnya Fir’aun beserta bala tentaranya
mengejar dan mengikutinya dengan tujuan melakukan penganiayaan dan agresi
terhadap N. Musa beserta kaumnya. Akan tetapi air laut semakin tinggi (pasang),
hingga hampir menenggelamkan Fir’aun beserta bala tentaranya. Disaat itu
Fir’aun telah melihat dan merasakan kematiannya hampir dekat dan ia yakin tidak
akan selamat, ia berkata (potongan ayat 90):
"Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang
dipercayai oleh Bani Israil”. Apa yang diucapkan oleh Fir’aun ini merupakan
ajaran yang telah disampaikan oleh N.Musa dan N.Harun, sehingga keinginannya
Fir’aun termasuk orang-orang yang
berserah diri kepada Allah. Namun pengakuan Fir’aun ini sia-sia belaka
ketika nyawa akan keluar dari badannya, hingga Malaikat pencabut nyawa bertanya
kepadanya dengan nada kecaman dan ejekan: (ayat 91) “Apakah sekarang (baru
kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu”. Nampak sekali bahwa N.Musa telah mengajak
Fir’aun untuk mempercayai Allah sebagai Tuhan, namun ia enggan untuk percaya
bahkan termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan untuk dirinya dan
orang lain. Selanjutnya, Malaikat
mengambil rohnya dan menyelamatkan badanya (ayat 92, menurut sejarah, setelah
Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang
Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium
Mesir ) untuk dijadikan pelajaran bagi siapapun yang hidup sesudahnya atau
generasi berikutnya, bahwa betapun kuat dan kuasanya manusia, tidak akan mampu
menghadapi Allah, Shihab, M.Quraisy, Volume 6, (2006: 148-149).
c. Pengakuan orang-orang ahli kitab (Yahudi
& Nasrani) bahwa agama Islam adalah agama yang benar, sebagaimana pengakuan
Waraqah bin Naufal mengakui Muhammad (suami Khadijah) seorang Nabi sebagaimana
Nabi Musa, Haekal, Muhammad Husain, (2002: 77-81) .
Waraqah
bin Naufal (seorang penganut agama Nasrani yang sudah mengenal Bible dan
menerjemahkan kedalam bahasa Arab, beliau adalah anak paman Khadijah atau saudara
sepupunya) telah didatangi oleh Khadijah bersama Muhammad, dengan tujuan untuk
memberikan pemahaman dan penguatan terhadap dirinya dan suaminya pada peristiwa
yang baru dialami. Khadijah dan Muhammad
menceritakan kejadian yang dialaminya ketika berada di gua Hira’ untuk
melakukan tahannuth atau khalwat.
Ketika Muhammad sedang tidur
di dalam gua, dia didatangi Malaikat (Jibril) seraya berkata kepadanya: Iqra’
(bacalah), dengan terkejut Muhammad menjawab, ma aqra’ (saya tidak dapat
membaca), pertanyaan ini diajukan kepada beliau hingga 3 kali dan beliau
memberi jawaban sama. Selanjutnya Jibril membacakan S. Al ‘Alaq ayat 1-5, lalu
beliau menirukan bacaan tersebut hingga kelima ayat tersebut terpatri di dalam
kalbunya. Sesudah itu Malaikat pun
pergi, kemudian beliau terbangun dengan kondisi ketakutan, sambil bertanya
pada dirinya sendiri: apa yang
dilihatnya ? apa yang menimpa dirinya ? sambil menoleh ke kanan dan ke kiri,
tapi tidak melihat apa-apa. Cepat-cepat beliau pergi menyusuri celah-celah gunung,
sambil bertanya dalam hatinya, siapa gerangan yang menyuruh membaca tadi ?.
Yang ia lihat selam ini hanyalah lewat mimpi yang dapat memancarkan dari
sela-sela renungannya, membuat jalan di hadapannya menjadi terang benderang,
menunjukkan kepadanya jalan yang terang benderang.
Waraqah
berkata kepada Khadijah dan Muhammad SAW, wahai anak saudaraku: apa yang
dilihat dan dialami oleh suamimu sama dengan yang dialami oleh Nabi Musa.
Semoga dimasa ini saya masih hidup, dimana kaum tuan mengusir tuan. Mendengar
kata Waraqah itu Nabi bertanya: apakah mereka akan mengusir aku ? Jawab Waraqah
betul: belum pernah seorang jua pun yang diberi wahyu seperti engkau ini, yang
tidak dimusuhi orang. Apabila saya masih mendapati masa tuan diusir dan
dimusuhi oleh orang-orang yang tidak sepahaman denganmu, niscaya aku akan
menolongmu dengan sekuat tenaga, akan tetapi tidak lama Waraqah meninggal
dunia.