3. Mengapa saya memilih Islam?


Ada beberapa alasan mengapa manusia memilih agama Islam sebagai agama yang diikutinya, antara lain: Setiap manusia dilahirkan telah dianugerahi oleh Allah yang bernama fitrah (kesucian), maksudnya setiap manusia memiliki sifat-sifat yang baik, sifat-sifat ketuhanan dan beragama. Sebagaimana sabda Nabi :
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ
Artinya: “Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan, kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. (H.R. Muslim ‘an Abi Hurairah).  Juga firman Allah S.Ar-Rum ayat 30,

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ  
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (1426 H: 499).

Kata fitrah dalam Qur’an dan hadits tersebut menunjukkan pengertian bertuhan atau beragama Islam. Hal ini dipertegas dengan ujung hadits yang mengatakan “kedua orang tualah yang menjadikan anaknya beragama Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. Dengan demikian, setiap manusia dilahirkan telah beragama Islam. Hal ini sesuai dengan hasil dialog antara Allah dengan semua roh manusia, mulai roh manusia pertama yang dilahirkan hingga roh manusia terakhir dilahirkan sebelum diciptakan jasadnya. Dimana, Allah meminta kesaksian kepada roh-roh manusia ketika di alam arwah dahulu. Dan semua roh manusia sudah sama-sama memberikan kesaksiannya, bahwa Allah adalah Tuhannya. Kesaksian dan pengakuan roh-roh semacam ini dapat dibaca di dalam al-Qur’an S. Al A’raf ayat 172

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ      
Artinya: “ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", Al-Qur’an dan Terjemahnya, (1426 H: 250).

Ada dua alasan mengapa Allah meminta kesaksian (lihat S.Al A’raf  ayat 172) lebih dahulu terhadap roh-roh atas dirinya sebelum manusia diciptakan, yaitu:  (1) Agar manusia tidak beralasan  lupa, karena roh yang suci itu tidak dapat lupa. (2) Agar manusia jangan melemparkan kesalahan kepada nenek moyangnya yang telah mempersekutukan Allah dengan Tuhan lain. 

a.     Firman Allah S.Ali Imran ayat 19 dan 85,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ  
Artinya :“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Surat Ali Imran : 19)

Menurut Ibn Katsir dalam memberikan penafsiran ayat ini mengandung pesan dari Allah bahwa tiada agama seseorang yang diterima  disisi-Nya kecuali Islam, dengan mengikuti ajaran yang disampaikan oleh N.Muhammad SAW. sebagai nabi terakhir. Oleh karena itu, telah tertutup semua jalan menuju Allah kecuali jalan dari arah beliau, sehingga siapapun menemui (menyembah) Allah setelah  diutusnya Muhammad SAW. dengan menganut satu agama selain syaria’at yang beliau sampaikan, maka tidak diterima-Nya.  Selanjutnya, bagaimana kalau ada umatnya yang mengikuti ajaran selain Islam, sehingga terjadi perselesihan dalam menjalan ajaran agamanya? Mereka berselisih karena kedengkiannya (kata baghyan) baik ucapan maupun perbuatan yang dilakukannya untuk tujuan mencabut nikmat yang dianugerahkan Allah kepada pihak lain, disebabkan rasa iri hati terhadap pemilik nikmat itu, Shihab, M.Quraish,Volume 2 (2006: 41-42).


وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ  
Artinya : “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi”. (Surat Ali Imran : 85)
Ayat ini menjelaskan sangsi bagi seseorang yang mengikuti agama selain Islam dan berakibat pada kepatuhannya menyembah selain Allah, maka sangsinya ketika di dunia berupa (falan yuqbala, artinya sekali-kali tidah akan diterima)  semua amal perbuatannya sewaktu di dunia akan sia-sia atau terhapus, seperti: ketaatan dan keimanannya pada Tuhannya, juga mempercayai, mengikuti, mendukung, tunduk dan patuh pada ketentuan yang ditetapkan dalam kitabnya. Sedangkan sanksi ukhrowi (akhirati minal khaasirin, artinya dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi) memperoleh kerugian yang amat besar, karena sewaktu dunia patuh selain Allah hingga kematiannya, maka semua amal perbuatannya tidak diterima oleh Allah walaupun amalan itu baik dan bermanfaat bagi manusia. Hal ini diperkuat dengan sabda Nabi: ”Siapa yang mengamalkan satu amalan yang tidak berdasarkan ketetapan Allah yang ditetapkan-Nya, maka amalan itu tertolak”, Shihab, M.Quraish,Volume 2 (2006: 142-143). Oleh karena itu, boleh jadi di dunia (dengan ukuran dunia) dia tidak rugi karena mendapat nama baik atau kedudukan yang tinggi, namun di akhirat pasti rugi dan celaka. Sedangkan ayat lain yang mengungkap tentang kebenaran agama Islam sebagai satu-satunya agama yang diterima oleh Allah terdapat dalam: S.Al Maidah ayat 3, Al An’am ayat 125, Az Zumar ayat 22 dan S.Ash Shaff ayat 7.
b.      Pengakuan Fir’aun yang mengaku dirinya sebagai Tuhan ketika akan mati dengan tenggelam di laut merah sewaktu mengejar N.Musa beserta kaumnya, pengakuan ini telah diabadikan dalam firman-Nya S.Yunus ayat 90-92 sebagai berikut :
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آَمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آَمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ * آَلْآَنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ * فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آَيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آَيَاتِنَا لَغَافِلُونَ  
Artinya: “Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) (90). Apakah sekarang (baru kamu percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan (91). Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami” (92).
Ayat ini menjelaskan tentang siksaan bagi penguasa yang dhalim dan mengaku dirinya sebagai tuhan yang dimohonkan oleh N.Musa beserta kaumnya, padahal dakwah (ajakan) telah disampaikan kepadanya. Saat itu N.Musa beserta kaumnya telah diusir dan disiksa oleh Fir’aun beserta bala tentaranya hingga meninggalkan daerahnya dan melintasi laut merah, selanjutnya Fir’aun beserta bala tentaranya mengejar dan mengikutinya dengan tujuan melakukan penganiayaan dan agresi terhadap N. Musa beserta kaumnya. Akan tetapi air laut semakin tinggi (pasang), hingga hampir menenggelamkan Fir’aun beserta bala tentaranya. Disaat itu Fir’aun telah melihat dan merasakan kematiannya hampir dekat dan ia yakin tidak akan selamat, ia berkata (potongan ayat 90):  "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil”. Apa yang diucapkan oleh Fir’aun ini merupakan ajaran yang telah disampaikan oleh N.Musa dan N.Harun, sehingga keinginannya Fir’aun  termasuk orang-orang yang berserah diri kepada Allah. Namun pengakuan Fir’aun ini sia-sia belaka ketika nyawa akan keluar dari badannya, hingga Malaikat pencabut nyawa bertanya kepadanya dengan nada kecaman dan ejekan: (ayat 91) “Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu”.  Nampak sekali bahwa N.Musa telah mengajak Fir’aun untuk mempercayai Allah sebagai Tuhan, namun ia enggan untuk percaya bahkan termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan untuk dirinya dan orang lain.  Selanjutnya, Malaikat mengambil rohnya dan menyelamatkan badanya (ayat 92, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir ) untuk dijadikan pelajaran bagi siapapun yang hidup sesudahnya atau generasi berikutnya, bahwa betapun kuat dan kuasanya manusia, tidak akan mampu menghadapi Allah, Shihab, M.Quraisy, Volume 6, (2006: 148-149).
c.    Pengakuan orang-orang ahli kitab (Yahudi & Nasrani) bahwa agama Islam adalah agama yang benar, sebagaimana pengakuan Waraqah bin Naufal mengakui Muhammad (suami Khadijah) seorang Nabi sebagaimana Nabi Musa,  Haekal, Muhammad Husain,  (2002: 77-81) .
     Waraqah bin Naufal (seorang penganut agama Nasrani yang sudah mengenal Bible dan menerjemahkan kedalam bahasa Arab, beliau adalah anak paman Khadijah atau saudara sepupunya) telah didatangi oleh Khadijah bersama Muhammad, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman dan penguatan terhadap dirinya dan suaminya pada peristiwa yang baru dialami. Khadijah dan Muhammad  menceritakan kejadian yang dialaminya ketika berada di gua Hira’ untuk melakukan tahannuth atau khalwat.   Ketika Muhammad sedang tidur di dalam gua, dia didatangi Malaikat (Jibril) seraya berkata kepadanya: Iqra’ (bacalah), dengan terkejut Muhammad menjawab, ma aqra’ (saya tidak dapat membaca), pertanyaan ini diajukan kepada beliau hingga 3 kali dan beliau memberi jawaban sama. Selanjutnya Jibril membacakan S. Al ‘Alaq ayat 1-5, lalu beliau menirukan bacaan tersebut hingga kelima ayat tersebut terpatri di dalam kalbunya. Sesudah itu  Malaikat pun pergi, kemudian beliau terbangun dengan kondisi ketakutan, sambil bertanya pada  dirinya sendiri: apa yang dilihatnya ? apa yang menimpa dirinya ? sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, tapi tidak melihat apa-apa. Cepat-cepat beliau pergi menyusuri celah-celah gunung, sambil bertanya dalam hatinya, siapa gerangan yang menyuruh membaca tadi ?. Yang ia lihat selam ini hanyalah lewat mimpi yang dapat memancarkan dari sela-sela renungannya, membuat jalan di hadapannya menjadi terang benderang, menunjukkan kepadanya jalan yang terang benderang. 
    Waraqah berkata kepada Khadijah dan Muhammad SAW, wahai anak saudaraku: apa yang dilihat dan dialami oleh suamimu sama dengan yang dialami oleh Nabi Musa. Semoga dimasa ini saya masih hidup, dimana kaum tuan mengusir tuan. Mendengar kata Waraqah itu Nabi bertanya: apakah mereka akan mengusir aku ? Jawab Waraqah betul: belum pernah seorang jua pun yang diberi wahyu seperti engkau ini, yang tidak dimusuhi orang. Apabila saya masih mendapati masa tuan diusir dan dimusuhi oleh orang-orang yang tidak sepahaman denganmu, niscaya aku akan menolongmu dengan sekuat tenaga, akan tetapi tidak lama Waraqah meninggal dunia.