Mendongrak SDM Elit Partai Politik di Era Demokrasi Liberal


Sumber daya Manusia (SDM) salah satunya berangkat dari tingkat pengetahuan elit politik dalam sebuah organisasi partai politik menurut Mc Quail dalam Basyar (2013: 189) menjelaskan bahwa :
Selalu terkait dengan kesadaran terhadap suatu fenomena. Kesadaran melibatkan intensitas interaksi yang mendasari sikap atau tindakan yang dilakukan. Maka individu yang memiliki kesadaran adalah individu yang dapat mengontrol perilakunya secara terukur. Persoalannya menjadi agak rumit ketika individu tidak lagi hanya berpikir untuk dirinya an sich, namun sudah merupakan bagian dari sebuah organisasi atau kelompok.

               Studi yang dilakukan Andersson dalam Golan (2016: 193) menemukan bahwa ‘‘kehendak individu bahkan sudah diganti oleh kehendak pemimpin’’. Itu sebabnya pemimpin menurut Edmoson dalam Sedar Mayanti (2013: 195) adalah ‘‘representasi dari organisasi’’.
  Bahkan kerapkali dinamika organisasi selalu dikaitkan dengan perilaku pemimpinnnya. Jika elite atau level pimpinan organisasi sering berkonflik, penilaian publik pun menyimpulkan bahwa organisasi itu tidak sehat karena konflik internal sudah dibuka menjadi konsumsi publik.

   Penelitian Ahmed dalam Sedarmayanti (2013: 292) menegaskan bahwa ‘‘pemimpin harus disiplin dalam ‘self control’ agar persepsi publik yang minor terhadap penilaian atas postur organisasi dapat dihindari’’.
               Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam suatu perusahaan atau organisasi menjadi hal yang bersifat sangat penting dan tidak mudah bagi suatu Perusahaan wajib mendukung terwujudnya proses sumber daya manusia yang
berkualitas. 
Peran manajemen sumber daya manusia tidak kecil, karena sebagai pusat pengelola dan penyedia sumber daya manusia untuk departmen lainnya. Adapun beberapa pengertian dari manajemen sumber daya manusia.
               Menurut Yani dalam Nugroho (2013: 104) memberikan pengertian bahwa “Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dapat diartikan sebagai ilmu yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan organisasi atau perusahaan.”
               Sedangkan menurut Rivai dan Sagala dalam Priansa dalam Nugroho (2014: 121), “Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.”
               Namun Flippo dalam Priansa (2014: 121) secara lebih spesifik mengatakan bahwa, “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentiaan pegawai dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu, pegawai dan masyarakat.”
               Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan kata lain Manajemen Sumber Daya Manusia memiliki pengertian sebagai kegiatan perencanaan, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia sesuai dengan pekerjaan yang tepat dalam upaya mencapai tujuan individu ataupun organisasional agar efektif dan efisien.
               Beberapa pendekatan dalam manajemen sumber daya manusia menurut Yani dalam Priansya (2013: 125) yaitu:
Pertama, pendekatan SDM Pendekatan yang menekankan pada pengelolaan dan pendayagunaan yang memperhatikan hak azasi manusia. Kedua, pendekatan Manajerial Pendekatan yang menekankan pada tanggung jawab menyediakan danmelayani kebutuhan sumber daya manusia departemen lain, Kedtiga, Pendekatan Sistem Pendekatan yang menekankan pada tanggung jawab subsistem dalamorganisasi. Keempat, pendekatan Proaktif Pendekatan yang menekankan pada kontribusi terhadap karyawan, manajer, dan organisasi dalam memberikan pemecahan masalah.

               Menurut Priansa dalam Priansya (2014: 121), “Fungsi merupakan kegiatan pokok yang dilakukan dalam suatu organisasi. Fungsi operasional adalah fungsi yang lebih didominasi oleh kegiatan fisik.”
               Menurut Chan dalam Priansa (2014: 276), “Pelatihan merupakan pembelajaran yang disediakan dalam rangka meningkatkan kinerja terkait dengan pekerjaan saat ini.” Dalam pengertian tersebut dimuat dua implikasi. Implikasi yang pertama adalah kinerja saat ini perlu ditingkatkan karena adanya kesenjangan antara pengetahuan dan kemampuan pegawai saat ini. Implikasi yang kedua adalah pembelajaran bukan untuk memenuhi kebutuhan masa depan, namun untuk dimanfaatkan dengan segera.
               Biech dalam Priansa (2014: 276) juga menyatakan bahwa, “Pelatihan adalah tentang perubahan, tenatang transformasi, tentang pembelajaran. Pelatihan adalah proses yang dirancang untuk membantu pegawai mempelajari keterampilan, pengetahuan, atau sikap baru. Akibatnya, pegawai tersebut membuat perubahan atau transformasi yang meningkatkan
kinerjanya.
               Selain itu, Sjafri Mangkuprawira dalam Priansya (2014: 182) menambahkan bahwa, “Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.”
               Dari beberapa definisi yang diuraikan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu proses pembelajaran bagi karyawan untuk meningkatkan kinerja agar karyawan semakin terampil dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Pelatihan memudahkan pegawai untuk mengisi kekosongan jabatan dalam suatu organisasi, sehingga perencanaan pegawai dapat dilakukan sebaik – baiknya. Keempat, Moral (Morale) diharapkan dengan adanya pelatihan.

Sumber Pustaka
Doni Irza (2013: 15) Dalam Tesis “Peran Partai Politik Dalam Peningkatan Demokratisasi Masyarkat Sipil (Civil Society) Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Politik, (studi pustaka),” dari Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Program Ketahanan Nasional.
Efendy, (2017). Islam dan Negara, Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina
Fajri (2018). Metode Penelitian Bidang Sosial.  Yogyakarta: Gajahmada University Press
Fadillah, Adil (2016). Partai Politik dan Kebijakan Publik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hamid. (2016) Jalan Damai Nanggroe Endatu:  Catatan Seorang Wakil Rakyat Aceh. Jakarta: Penerbit Bebas
Huda, (2017) Mengawal transisi: Refleksi atas pemantauan Pemilu Jakarta: Gran Mrdia
Hasjmy A (2013). Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah. Jakarta: Penerbit Benua

Mohammad Agus. (2015) Politik lokal di Indonesia: dari otokratik ke reformasi politik.  Jakarta: Sinar Grafika