MEMAHAMI SOSIOLOGI TENTANG TIPE PERILAKU




  Sikap dan Keinginan.
     Sedemikian jauh telah dibicarakan tentang proses yang paling mendasar yang menyatukan, melarutkan, menyatukan kembali, menetapkan, dan memindahkan kekuatan psikis yang bersifat libido.
     Perkembangan ini termasuk ke dalam bahasan sosiologi umum (sistematika sosiologi) karena setiap masyarakat baik yang paling primitif maupun yang paling maju atau yang paling rumit susunannya didasarkan atas mekanisme ini.
     Sebaliknya sosiologi historis mempelajari bentuk-bentuk yang lebih individual dari penetapan dan pemindahan libido seperti: sifat dari perasaan kekeluargaan dalam periode historis tertentu atau tentang perasaan konsep kasih-sayang dalam periode kekesatriaan atau tentang perasaan nasionalisme diantara kelompok-kelompok sosial yang terdapat didalam suatu negara seperti Jerman misalnya atau tentang sejarah pemindahan libido di dalam kehidupan kelompok yang berbeda.
     Diantara kedua tingkat sosiologi ini, yakni antara sistematika sosiologidan sosiologi historis, terdapat suatu tingkat perantara. Dalam tingkat perantara ini kita mempelajari tipe-tipe umum tertentu dengan cukup nyata menandai keseluruhan tipe mental dan yang mungkin kita untuk menerapkan pernyataan umum di dalam lingkungan historis yang lebih konkrit. Contoh analisa seperti itu, disumbangkan oleh W.I. Thomas seorang sosiolog dan ahli psikologi sosial Amerika yang menyusun tipe-tipe kelompok dan menyebutnya dengan’empat keinginan’.
                 Thomas mengakui bahwa jika kita mencoba menganalisa sekelompok orang tertentu dan kita ingin menguraikan tidak hanya sekedar aktivitas mereka dan penyesuaian tujuan bersama mereka, tetapi juga perubahan kehidupan batin, (inner life) mereka, sikap, keinginan dan perasaan mereka, maka kita membutuhkan suatu klasifikasi mana sebagian besar orang dapat disesuaikan. Ini berarti bahwa klasifikasi itu dapat menampung secara utuh satu tipe – yang mana ini jarang terjadi atau klasifikasi itu menggambarkan suatu campuran dari dua atau lebih tipe-tipe.


     Thomas mengakui bahwa keinginan-keinginan manusia mempunyai perbedaan bentuk yang sangat besar tetapi menurutnya pula, keinginan yang berbeda-beda itu dapat di klasifikasikan menjadi empat tipe dengan beberapa keuntungan. Masing-masing tipe adalah sebagai berikut:
a)      Keinginan untuk memperoleh pengalaman baru
b)      Keinginan untuk memperoleh keamanan
c)      Keinginan untuk memperoleh tanggapan
d)     Keinginan untuk memperoleh penghargaan.
   Thomas mengira dan saya pun sependapat bahwa kompleks sikap berasal dari kecenderungan mendasar, rangsangan atau apa yang disebut dengan naluriah. Thomas mencoba meredusir keempat tipe keinginan tersebut menjadi pola sikap yang paling mendasar yang telah dapat ditemukan pada kehidupan bayi dan pada tingkat primitif dari evolusi sosial. Kiranya ada baiknya direkapitulasi di sini, baik uraiannya tentang keinginan-keinginan fundamental maupun upayanya dalam meredusir keinginan-keinginan manusia itu menjadi keinginan yang lebih sederhana.
 Keinginan Untuk Memperoleh Pengalaman Baru
Seluruh pengalaman yang lazim dikejar seperti terbang, menangkap, meloloskan diri dari pengejaran atau dari kematian adalah pengalaman yang menarik dan mengasyikkan. Thomas membicarakan tentang pengalaman disini yang menandai kehidupan manusia yang lebih kuno.
Ada suatu informasi yamg lambat dari pola yang asli dan sederhana ke pola yang disublimasikan secara lengkap dan ruwet. Sekarangpun kita masih dapat mengenal sesuatu yang disebut: ‘pola pemburuan ‘kepentingan’. Petualangan merupakan perubahan utama dari pola ini. Sensasi yang diberitaakan di dalam Koran merupakan jenis lain dari transformasi itu.
Kegiatan individual seperti yang diberitakan dikoran itu dan pengalaman seperti ketika bercumbu-cumbuan juga merupakan suatu elemen yang dikejar. Dalaam setiap penemuan ilmiah yang murni juga terdapat pola pemburuan terhadap pekerjaan dan praktek yang sama juga terjadi dalam penyelesaian teka-teki atau suatu masalah.
  Keinginan Untuk Memperoleh Keamanan
Keinginan ini terutama didasarkan atas rasa takut yang bergandengan dengan kemungkinan timbulnya penderitaan pisik atau kematian, daan mengekspresikan dirinya sendiri dalam perasaan takut dan melarikan diri. Individu yang mendominasi oleh keinginan untuk memperoleh keamanan biasanya sangat berhati-hati dan konservatif, cenderung kepada kebiasaan yaang teratur, bekerja secara sistematis dan suka mengumpulkan kekayaan. Polaritas sosial antara pemberontakan dan orang yang tradisional berkaitan erat dengan ke dua tipe pertama keinginan tersebut diatas.
Keingin Untuk Memperoleh Tanggapan
      Keinginan ini di kembangkan dari kecenderungan untuk mencintai, mencari dan memberi tanda-tanda apresiasi. Kecenderungan ini terlihat dalam kesayangan seorang ibu terhadap anaknya dan dalam tanggapan seorang anak terhadap kasih-sayang ibunya. Namun keinginan ini juga bekerja pada derajat yang lain dalam keinginan untuk mendapatkan tanggapan dari lawan jenis.
  Masa bercumbu-cumbuan yang penuh gairah misalnya penuh dengan janji-janji muluk dan daya tarik demi untuk mendapatkan tanggapan yang serupa itu pula kembali. Kecemburuan adalah suatu ekspresi dari rasa takut, dalam hal mana tanggapan ditujukan kepada orang lain. Tetapi sukse-sukses kemasyarakatan sering mengurangi keinginan untuk memenuhi tanggapan secara personal.
E.           Keinginan Untuk Memperoleh Penghargaan
            Keinginan ini diekspresikan dalam perjuangan perseorangan untuk memperoleh posisi atau pengaruh dan prestisedalam kelompok sosial mereka sendiri. Ini kita namakan keinginan untuk memperoleh status sosial. Contoh nyatanya ditemuukan dalam kasus politisi atau kapten industri yang berjuang untuk memperoleh sukses. Seorang laki-laki atau wanita, mungkin memancing tanggapan dan memperoleh perhatian atau penghargaan melalui tindakan berpura-pura sakit.
            Sedangkan orang lainnya mungkin memperoleh penghargaan dengan menampilkan sikap dan tindakan yang berpura-pura atau dengan kerendahan hati yang sungguh-sungguh, dengan mengorbankan kepentingan dirinya sendiri, dengan kesholehan dan dengan mati syahid.
            Tendensi serupa itu mungkin bermanfaat secara kemasyarakatan dalam satu hal tertentu dan berbahaya dalam hal yang lain. Motif-motif yang berkaitan dengan suatu daya tarik untuk memperoleh pengahargaan melalui sikap yang mementingkan diri sendiri dan kesukaan memamerkan disebut: sombong sedangkan aktivitas kreatif yang berkaitan dengan keinginan yang serupa disebut: ambisi.
             Kita boleh menggeser dari satu kategori ke kategori yang lain dan menemukan obyek baru untuk kategori yang sama. Terakhir, keinginan-keinginan yang berbeda mungkin dapat di gabungkan ke dalam kepribadian seorang individu.
            Seorang imigran ke Amerika misalnya mungkin sekali ingin melihat dunia baru, untuk mencari keuntungan, untuk mencari taraf hidup yang tinggi atau untuk memenuhi sejumlah keinginan yang lain yang tercakup dalam keempat tipe keinginan tersebut diatas.
            Watak dapat dipandang sebagai suatu ekspresi dari kesatuan keinginan-keinginan dasar yang dihasilkan dari saling pengaruh-mempengaruhi antara temperamen dan pengalaman. Keinginan adalah titik tolak dari aktivitas dan tekanan-tekanan terhadapnya dpat mempengaruhi perilaku manusia.

Kepentingan
Sedemikian jauh kita telah menganggap penting unsur-unsur yang tidak disadari dan yang irrasional dari kehidupan manusia. Meskipun kehidupan sosial tanpa terelakkan dibimbing sedemikian luasnya oleh faktor-faktor ketidaaksadaran dan emosi, namun adalah suatu kekeliruan besar bila diabaikan peranan yang dimainkan oleh kepentingan rasional.
 Kita mencoba membedakan dua ide tentang ‘kepentingan’. Pertama, kepentingan dalam arti luas. Contohnya seperti: yang berkepentingan atau berminat terhadap rakyat, terhadap kesenian, atau terhadap filsafat. Kepentingan demikian ini adalah murni dalam pengertian psikologi. Kedua, di sebut kepentingan rasional.
 Kepentingan dalam arti luas adalah pasangan dari sikap. Menurut MacIver, sikap adalah keadaan berpikir secara subyektif, mencakup kecenderungan bertindak menurut cara-cara yang khas, kapan saja suatu stimuli timbul. Sikap seperti itu misalnya sikap cemburu, iri-hati, benci, jijik, pemujaan, keyakinan atau ketidakyakinan. Seluruh sikap secara tak langsung menyatakan obyek tertentu, ke arah mana sikap itu di tujukan, tetapi obyek ini menyatakan keadaan pikiran, bukan obyek seperti yang ditunjukkan dengan istilah ‘sikap’.
Sebaliknya, jika kita mengalihkan perhatian kita dari subyek kepada obyek, maka kita akan berbicara tentang obyek dari kepentingan. Seorang politisi misalnya, adalah obyek kepentingan dari banyak orang walaupun sikap orang itu terhadapnya mungkin sangat berbeda-beda.
Kita dapat memulai dengan mengingat suatu obyek kepentingan dari sudut pandangan elemen subyektif. Sekali kepentingan saya dipusatkan kepada obyek itu maka hubungan obyektif antara obyek itu dengan saya mejadi semakin penting. Dalam arti luas ini kita dapat membicarakan tentang kepentingan terhadap obyek kultural seperti terhadap filsafat. Dalam hal ini kepentingan berarti suatu obyek yang mendapatkan perhatian kita.
Dari kepentingan dalam arti ‘saya berminat terhadap sesuatu’, maka kita harus membedakannya dari kepentingan yang mempunyai implikasi khusus terhadap keuntungan personal yang kadang-kadang kita sebut ‘kepentingan sendiri’. Sebagai contohnya, saya mungkin menginginkan untuk mencapai sejumlah terbesar kemungkinan dalam bidang kekuasaan, prestise atau keuntungan ekonomi.
 Keinginan utama untuk memperoleh keuntungan, mendorong saya untuk melakukan kegiatan. Ini berarti bahwa kepentingan memaksa saya untuk mengorganisir tingakah laku saya untuk mencapai tujuan tertentu dan dalam hal ini kita berbicara tentang makna kedua dari kepentingan yang kita bicarakan, yakni kepentingan rasional.
Kepentingan rasional ini secara tak langsung enyatakan adanya perhitungan dan perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu itu, dan bentuk-bentuk yang kompleks dari penyesuaian diri, karena perhitungan secara tak langsung berarti memilih cara-cara yang paling efektif dan jalan yang paling singkat untuk mencapai tujuan itu serta dengan upaya ekonomi yang paling besar. Ini secara tak langsung menyatakan pula adanya suatu kontrol positif terhadap sumber daya dan dana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu; kontrol positif terhadap pemilihan alat-alat dan cara-cara untuk memuaskan keinginan-keinginan dan melatih kekuatan berpikir terutama inisiatif serta mencerminkan kebutuhan terhadap kehati-hatian dan kebijaksanaan melihat jauh ke depan.
Sebagai contoh, sementara kelompok berdasarkan atas hubungan darah (keluarga atau suku) maka individu demikian kuatnya dibatasi oleh keluarganya atau oleh sukunya sehingga individu itu tak mampu membebaskan diri dari peraturan bersama dan tabu. Dalam kasus ini individu tak dapat mengarahkan aktivitasnya menurut kepentingan dirinya sendiri, tetapi menurut interpretasi
kelompok terhadap situasi, kecuali jika individu itu mencapai kepentingan persoalannya didalam kerangka kepentingan kelompoknya itu. Tradisi sangat menetukan dala situasi seperti itu, sebagai mana ditunjukkan oleh Malinowski dalam penelitiannya terhadap kehidupan ekonomi penduduk di Kepulauan Koral, dimana harga tidak mengikuti hukum permintaan dan penawaran, melainkan menurut tradisi.
 Jika saya sedang berjuang untuk mencapai sesuatu yang baik, dimana orang lain juga ingin mencapainya, masing-masing untuk dirinya sendiri, maka kita berbicara tentang kepentingan yang sama (like interest). Jika dua orang atau lebih mengejar suatu tujuan yang mana masing-masing orang tetap merupakan unit-unit dari kesemuanya dan mereka menyadari sebagai suatu keseluruhan, maka kita berbicara tentang kepentingan bersama (commo interest).
Kepentingan yang sama mendorong terjadinya kompetisi untuk mendapatkan barang sesuatu yang sama, sedangkan kepentingan bersama mendorong terciptanya kerjasama. Satu masalah terpenting dalam menciptakan keharmonisan masyarakat ialah bagaimana mengubah kepentingan yang sama menjadi kepentingan bersama, bagaimana mengubah kompetisi menjadi kooperasi atau kerjasama. Masalah ini menyangkut bimbingan terhadap pemindahan libido.
Perbedaan penting lainnya ialah antara kepentingan jangka panjang dan jangka pendek. Jika seseorang mempunyai kebiasaan mengubah-ubah keinginan dan keppentingan maka ia takkan mampu mengorganisir perilakunya sejalan dengan tujuan jangka panjang.
Contoh perilaku serupa itu ditunjukkan oleh kemanjaan seorang anak yang selalu menuntut dan menerima pemenuhan keinginannya dalam waktu singkat atau seseorang pengembara yang tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya. Satu syarat terpenting untuk pertumbuhan aktivitas yang terorganisir dan syarat terpenting untuk semua kepentingan-kepentingan jangka panjang, dan kekayaan pribadi telah menjadi kekuatan yang sangat berarti sepanjang sejarah dalam menciptakan kepentingan jangka panjang bagi individu.
Setiap sistem produksi yang kompleks atau organisasi sosial yang kompleks, memerlukan aktivitas jangka panjang dan bagi kelompok pemimpin aktivitas itu kebanyakan diciptakan melaui kekayaan pribadi. Tetapi aktivitas jangka panjang itu juga dapat diciptakan dengan mengorganisir kepentingan bersama yang didasarkan atas kesadaran terhadap kekayaan bersama atau dengan mengutamakan hasil usaha bersama yang terbesar.
Contohnya dapat ditemukan dalam sikap kesetiaan terhadap hukum atau terhadap cita-cita ideal di Inggris yang terlihat di kalangan tentara, olahragawan, pegawai pemerintah, dan juga terlihat di Uni Soviet dalam kesuksesan apa yang disebut ‘kompetisi sosialis’. Pemaksaan mendatangkan akibat-akibat buruk, dan perbudakan adalah paling menyedihkan. Kekayaan pribadi dan usaha yang didasarkan atas intensif berupa penghargaan atau keuntungan, memberikan hasil yang jauh lebih baik.
  Kekayaan pribadi, menekankan kepada perhitungan jangka panjang dan pada gilirannya mengorganisir perilku individu. Wujud yang tepat dari kepentingan dan pengorganisasian perilaku, berbeda-beda menurut jenis kekayaan yang dimiliki. Kepentingan terhadap tanah sebagai contoh, menciptakan fiksasi libido yang jauh lebih besar terhadap obyek yang konkrit dibandingkan dengan kepentingan terhadap uang yang menciptakan suatu tipe abstrak fiksasi libido. Kepentingan terhadap tanah sebaliknya mendorong munculnya perasaan kemengangan hidup dari kesuburan tanah melalui perjuangan pribadi dan melalui pemahaman terhadap bumi dan penduduk yang mengolahnya.
 Penciptaan perilaku yang tidak disenangi dalam masyarakat adalah masalah yang amat penting yang merepotkan kita terus-menerus. Ini dirangsang oleh kenyataan bahwa terdapat suatu mata rantai yang panjang yang menghubungkan antara langkah pertama dan yang terakhir dari aktivitas kita. Orang yang termasuk anggota partai sosialis misalnya, mungkin tidak pernah mempunyai kesempaatan untuk melihat atau memahami tujuan-tujuan dari gerakan yang mana  ia termasuk salah seoraang diantara yang ingin mencapainya selama hayatnya. Dengan demikian bukan hanya kekayaan pribadi, tetapi setiap jenis kerjasama dan pembagian kerja meningkatkan kesempatan bagi perilaku yang abstrak, mengembangkan kapasitas untuk memperpanjang ketegaangan antara keinginan-keinginan dan pemenuhannya.
Integrasi sosial dari keinginan dan sikap sangat besar perbedaannya daripada pengintegrasian kepentingan. Pengintegrasian kepentingan itu sebgaian besar terbentuk melalui kompromi, yang berarti bahwa orang yang mempunyai kepentingan yang serupa misalnya yang berkompetisi untuk mendapatkan suatu keuntungan, melepaskan sebagian dari keuntungan mereka atas dasar persetujuan rasional. Keseluruhan pertukaran secara barter dilakukan dalam suatu penolakan terhadap keuntungan yang diharaapkan dalam setiap jenis perserikatan adalah merupakan hasil dari pengintegrasian kepentingan.
Pengintegrasian sikap sebaliknya terbentuk atas dasar identifikasi secara langsung. Ini berarti bahwa kita mengidentifikasikan diri kita sendiri dengan anggota lainnya dari komunitas dan juga antara komunitas yang satu dengan yang lain. Masyarakat modern membentuk kepentingan jangka panjang, cenderung menekan elemen libido dari bidang kegiatan publik dan dari pekerjaan, dan ini mungkin merupakan suatu handikap yang serius dalam aktivitas sosial tertentu dan dalam situasi sosial tertentu.


DAFTAR  PUSTAKA
Siti Irene Astuti D., dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: UNY Press.
Herminanto & Winarno. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Elly M. Setiadi, dkk. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ahmadi, H. Abu. (1997). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Reneka Cipta.
Anh, To Ti. (1974). Nilai Budaya Timur dan Barat. Jakarta: Gramedia
Danandjaja, Andreas A (1986).Sistem Nilai Manajer Indonesia. Jakarta: PPM.
Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mardjono, Ignas dan FX. Djoko Pranowo. (2000). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Pamator..
 Mintargo, Bambang S. (2000). Tinjauan Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta: Universitas Trisakti..
Mitchell, Charles. (2000). Budaya Bisnis Internasional. Jakarta: PPM.
Setiadi, Elly M. dkk. (2007) Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. S
Soedarno, P. (1993) Ilmu Sosial Dasar: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Aptik-PT. Gramedia.
Soekanto, Soerjono. (1998) Sosiologi: suatu pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Soemarwoto, Otto (1996). Dampak Ekologi Terhadap Manusia.
Sumaatmadja, Nursid. (2002). Pendidikan Pemanusiaan, Manusia. Manusiawi Bandung: Alfabeta.
 ------------------. (2000). Manusia dalam konteks sosial budaya dan lingkungan hidup. Bandung: Alfabeta.
------------------. (2002). Memanusiawikan Manusia. Bandung: Alfabeta.
Veeger, K.J. (1995). Ilmu Budaya Dasar: buku panduan mahasiswa. Jakarta: Apatik dan PT. Gramedia.